Rabu, 11 Mei 2011

Tentang Konseling Kelompok


A.                Pengartian Konseling Kelompok.

            Konseling kelompok merupakan upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Dengan kata lain konseling kelompok merupakan usaha bantuan yang diberikan pada individu dalan suasana kelompok yang bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalankan perkembangannya dengan lebih mudah. Selanjutnya konseling kelompok diuraikan oleh Gazda (1989) sebagai berikut. Kegiatan konseling kelompok bersifat pencegahan dalam arti bahwa klien yang bersangkautan mempunyai fungsi dalam masyarakat, tetapi mungkin mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu dalam kehidupannya. Dengan konseling kelompok kelemahan-kelemahan itu dapat diatasi tanpa menimbulkan masalah-masalah yang gawat.

            Sedang menurut Shertzer dan Stone (1980) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi Yng dinamin yang terpusat pada pemikiran dan perilaku  yang disadari. Cara tersebut menganding ciri – ciri teraputik seperti pengungkapam p[ikiran, dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaa – perasaan mendalam yang dialami, salingh percaya, saling perhatian saling pengertian dan salaing mendukung.

            Konseling kelompok membantu individu dalam menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, dalam arti bahwa konseling kelompok memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan dan memanfaatkan potensinya secara maksimal. Selanjutnya Gazda menyebutkan bahwa konseling kelompok dapat digunakan untuk membantu individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dalam tujuh bidang yaitu: psikososial, vokasional, kognitif, fisik, seksual, moral dan afektif.

            Konseling kelompok bersifat perbaikan untuk individu-individu yang mempunyai perilaku suka menyalahkan diri sendiri (self-defeating behavior), tetapi mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah-masalahnya tanpa bantuan konseling. Walaupun demikian, dengan bantuan konseling kelompok individu diharapkan dapat mengatasi masalahnya dengan lebih cepat dan tidak menimbulkan gangguan emosi yang berarti.

B.                 Unsur-Unsur Konseling Kelompok 
1.         Anggota kelompok adalah individu normal yang mempunyai masalah penyesuaian yang masih dapat diatasi 
2.         Konseling kelompok dipimpin oleh konselor atau psikolog dengan latihan khusus bekerja dengan kelompok 
3.         Permasalahan yang dihadapi antar anggota adalah sama 
4.         Metode berpusat pada proses kelompok dan perasaan kelompok 
5.         Interaksi antar anggota sangat penting 
6.         Berdasar pada alam kesadaran 
7.         Menekankan pada perasaan dan kebutuhan anggota.

Pengertian Konseling Kelompok Menurut Saya
            Konseling kelompok merupakan usaha bantuan yang diberikan kepada individu oleh seorang konselor atau pemimpin kelompok dalam suasana kelompok yang kondusif  agar dapat menjalani perkembangannya lebih optimal dengan topik pembicaraan permasalahan pribadi atau topik khusus dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

C.                Tujuan Konseling KelompoK
            Konseling kelompok diberikan karena memiliki tujuan-tujuan tertentu antara lain sebagai berikut:
1.      Membantu individu dalam mencapai perkembangan secara optimal 
2.      Berperan mendorong munculnya motivasi kepada individu untuk membantu membuat perubahan dengan memanfaatkan potensi secara maksimal 
3.      Diharapkan individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan gangguan emosi 
4.      Menciptakan dinamika sosial yang berkembang secara intensif 
5.      Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial yang baik dan sehat. 

D.                Manfaat Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok mempunyai beberapa manfaat di antaranya yaitu:
1.         Membantu mengatasi masalah baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh siswa secara kelompok
2.         Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur
3.         Membantu meringankan beban mental siswa dalam belajar
4.         Membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya
5.         Membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya
6.         Membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
7.         Membantu untuk mencari dan menggali informasi tentang karir, dunia kerja dan prospek masa depan siswa.

E.                 Ciri-Ciri Konseling Kelompok 
1.         Kegiatan konseling kelompok bersifat preventif (pencegahan), dengan konseling kelompok diharapkan klien termotivasi untuk dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi yang dimilikinya, 
2.         Kegiatan konseling kelompok bersifat perbaikan, dalam hal ini biasanya digunakan bagi individu yang mempunyai perilaku suka menyalahkan diri sendiri (self-defeating behavior), tetapi memiliki potensi untuk menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan konseling, 
3.         Kegiatannya biasanya berpusat pada hal-hal yang khusus seperti masalah pendidikan, pekerjaan, sosial, dan pribadi dari kesepakatan anggota kelompok, 
4.         Pembicaraannya bersifat rahasia, 
5.         Kegiatan ini merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berfikir secara sadar, perasaan dan perilaku anggotanya, 
6.         Kegiatan ini berkaitan erat dengan penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu selama hidupnya, 
7.         Konseling kelompok menumbuhkan empati dan dorongan yang memungkinkan terciptanya rasa saling percaya dan saling peduli yang diawali antar sesama anggota kelompok dan antar sesama anggota kelompok dengan konselor, 
8.         Kegiatan konseling kelompok biasanya dilakukan di dalam situasi kelembagaan, contohnya di sekolah.

F.                 Tahap-tahap konseling kelompok
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, Prayitno (1987) membagi kegiatan menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pembentukan atau tahap pengawalan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran. Dari masing-masing tahap akan diuraikan secara rinci baik yang berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, kegiatan pemimpin kelompok beserta peranannya.

Tahap I (Tahap Pembentukan)
            Glading (1995;80-85) mengemukakan lima langkah dalam pembentukan kelompok, yaitu langkah pertama rasional pertimbangan kelompok; langkah kedua menetapkan teori yang sesuai untuk pengembangan kelompok; langkah ketiga pertimbangan – pertimbangan praktis dalam kelompok; langkah keempat mengumumkan kelompok; dan langkah kelima pelatihan awal dan seleksi anggota dan konselor.

            Dalam rangka mempersiapkan anggota untuk memasuki kelompok Corey (1985, dalam Rocman Natawidjaya, 1987)mengemukakan bahwa hal – hal yang penting dibahas konselor bersama calon anggota kelompok, yaitu :
1)      pertanyaan yang jelas tentang tujuan kelompok.
2)      Deskripsi tentang bentuk kelompok, prosedur dan peraturan – peraturan mainnya,
3)      Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan peserta,
4)      Kesempatan mencari informasi tentang kelompok yang akan dimasukinya, mengajukan pertanyaan dan menjajagi hal – hal yang menarik dalam kegiatan kelompok itu,
5)      Pertanyaan yang menjelaskan pendidikan, latihan dan kualifikasi pemimpin kelompok,
6)      Informasi biaya yang harus ditanggung peserta dan apakah itu mencakup kegiatan lanjut, disamping juga informasi tentang besarnya kelompok, banyaknya pertemuan, arah pertemuan, serta teknik – teknik yang dugunakan,
7)      Informasi tentang resiko psikologis dalam kegiatan kelompok itu,
8)      Pengetahuan tentang keterbatasan kerahasiaan dalam kelompok, yaitu pengetahuan tentang keadaan dimana kerahasiaan itu harus karena kepentingan bersama dan karena alasan hukum, etis, dan profesional,
9)      Penjelasan tentang layanan yang dapat diberikan dalam kegiatan kelompok itu,
10)  Bantuan dari pemimpin kelompok dalam mengembangkan tujuan – tujuan pribadi peserta,
11)  Pemahaman yang jelas mengenai pembagian tanggung jawab antara pimpinan kelompok dan pesertra; dan
12)  Diskusi mengenai hak dan kewajiban anggota kelompok.

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap pemasukan diri ke dlam kehidupan suatu kelompok, tahap menentukan agenda, tahap menentukan norma kelompok dan tahap penggalian ide dan perasaan. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan saling mengungkapkan tujuan dan harapan – harapan yang ingin dicapai baik oleh masing – masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Tahap ini ditandai dengan keterlibatan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok.

Tahap II (Tahap Peralihan)
            Tahap II ini dinamakan tahap peralihan. Pada tahap peralihan biasanya diwarnai dengan suasana ketidakseimbangan, ekspresi sejumlah emosi dan interaksi dalam diri masing-masing anggota kelompok, yang menyebabkan tingkah lakunya tidak sebagaimana biasanya. Selain itu, tahap ini juga merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap berikutnya. Oleh karena itu, apabila tahap peralihan dapat dilalui dengan baik, sehingga diharapkan tahap-tahap berikutnya akan dapat juga berjalan baik. Dalam suatu kelompok tahap ini membutuhkan 5 % sampai 20 %  dari keseluruhan waktu kelompok (Gladding, 1995; 103-104).

Tahap III (Tahap Kegiatan)
            Tahap ketiga dinamakan tahap kegiatan. Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga ini akan berlangsung dengan lancar, dan pemimpin kelompok mungkin sudah bisa lebih santai dan membiarkan para anggota kelompok melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok.

            Tahap kegiatan sering juga disebut sebagai tahap bekerja (Gladding, 1995), tahap penampilan (Tuckman & jensen, 1977), tahap tindakan (George & Dustin,1988), dan tahap pertentangan yang merupakan inti dari kegiatan konseling kelompok, sehingga memerlukan alokasi waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan konseling kelompok. Dalam kelompok dari semua tipe, antara 40% hingga 60% waktu total kelompok akan digunakan dalam tahap bekerja. Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari konseling kelompok, yaitu para anggota memusatkan perhatian tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi – materi baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas, dan mempraktekan perilaku – perilaku baru. Tahap ini seringklali dianggap sebagai taha produktif dalam perkembangan kelompok dan ditandai dengan keadaan konstruktif dan pencapaian hasil. Para anggota kelompok memperoleh keuntungan atau pengaruh – penbgaruh positif dari kelompok, dan merupakan saatnya anggota kelompok memutuskan seberapa besar mereka mau terlibat dalam kegiatan kelompok.

            Dari tahap inilah akan diperoleh hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah seluruh peserta benar-benar diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya dan bahkan memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu masalah. Apabila para peserta sangat antusias dalam kegiatan pada tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.

            Tahap ini disimpulkan berhasil bila semua solusi yang mungkin telah dipertimbangkan dan diuji menurut konsekuensinya dapat diwujudkan. Solusi – solusi tersebut harus praktis, dapat direalisasikan, dan pilihan akhir harus dibuat setelah melalui pertimbangan dan diskusi yang tepat. Namun perlu dicatat, menurut Gibson & Mitchell (1995), bahwa kemajuan selama tahap ini tidak selalu konstan, kadang – kadang mengalami kemunduran, stagnasi, atau bahkan kebingungan. Oleh karena itu, konselor hendaknya sadar dan bersiap diri dengan kemungkinan negatif.

Tahap IV (Tahap Pengakhiran)
            Tahap keempat dinamakan tahap pengakhiran. Berkenaan dengan pengakhiran kegiatan kelompok pokok perhatian hendaknya lebih ditujukan kepada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu kemudian menghentikan pertemuan. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai sebaiknya mendorong kelompok tersebut untuk terus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama dapat tercapai secara penuh. Dalam hal ini anggota kelompok yang menetap sendiri kapan kelompok itu akan bertemu.

            Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok dipusatkan pada pembahasan-pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal yang mereka pelajari pada kehidupan mereka sehari-hari. Penghentian terjadi pada dua tingkatan dalam kelompok, yaitu pada akhir masing – masing sesi, dan pada akhir dari keseluruhan sesi kelompok. Dalam mempertimbangkan penghentian, konselor harus membuat rencana terlebih dulu. Proses penghentian meliputi langkah – langkah : 1. Orientasi, 2. Ringkasan 3. Pembahasan tujuan dan tindak lanjut (Epstein & Bishop, 1981 dalam Gladding, 1995 : 147).

            Tahap ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan menyorot. Semangat yang tadinya menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala sesuatu dalam tahap ini menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan konseling kelompok telah membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.

            Bagi individu anggota kelompok, penghentian prematur dapat terjadi mungkin dengan alasan yang tidak tepat dan pengalaman keberhasilan atau kegagalan, Yalom (1985;233)membuat daftar sejumlah alasan yang seringkali diberikan individu anggota kelompok yang meninggalkan konseling kelompok secara prematur yaitu :
1.      Faktor – faktor eksternal ( konflik penjadwalan atau tekanan eksternal)
2.      Ketidakcocokan (anggota yang tidak cocok dengan anggota lain)
3.      Masalah kedekatan
4.      Takut akan kontak emosional (contoh, sebuah reaksi pribadi negatif untuk mendengarkan masalah anggota kelompok lainnya)
5.      Komplikasi individu dan terapi kelompok
6.      Provokator awal (tertutup, penolakan yang kuat pada kelompok)
7.      Orientasi yang tidak terpengaruh pada terapi
8.      Komplikasi yang muncul dari sub- kelompok.

G.                Bentuk-bentuk konseling kelompok
1.             T-group ( Kelompok latihan)
2.             Kelompok pertumbuhan pribadi
3.             Konsultasi kelompok keluarga
4.              Terapi kelompok

H.                Kelebihan Konselong Kelompok
1.      Praktis.
2.      Memberi kesempatan bagi anggota untuk saling memberi dan menerima umpan balik.
3.      Anggota belajar untuk berlatih tentang perilakunya yang baru.
4.      Dalam konseling kelompok terdapat kesempatan luas untuk berkomunikasi dengan teman – teman mengenai segala kebutuhan yang berfokus pada pengembangan pribadi, pencegahan, dan pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota.
5.      Memberi kesempatan pada para anggota untuk mempelajari ketrampilan sosial.
6.      Anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk saling memberikan bantuan, menerima bantuan dan berempati dengan tulus didalam konseling kelompok.
7.      Motivasi manusia muncul dari hubungan kelompok kecil
8.      Dapat digunakan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota; belajar untuk meningkatkan kepercayaan kepada orang lain; dapat meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman akrab dengan anggota lain.
9.      Konseling kelompok mempunyasi manfaat besar untuk bertindak sebagai miniatur  situasi sosial, atau laboratorium yang mana individu – individu atau anggota kelompok tidak hanya mempelajari perilaku – perilaku baru tetapi bisa mencoba, mempraktekkan dan menguasai perilaku – perilaku ini dalam situasi yang hampir sama dengan lingkungan yang sebenarnya individu berasal.
10.  Melalui konseling kelompok individu atau anggota kelompok mencapai tujuannya dan berhubungan dengan individu atau anggota kelompok lain dengan cara produktif dan inovatif (McClure,1990).
11.  Konseling kelompok lebih sesuai bagi siswa yang membutuhkan untuk lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian orang lain, yang mudah berbicara tentang dirinya, yang dapat mengambil manfaat dari umpan balik itu (Mahler dalam Shertzer & Stone, 1981).
12.  Konseling kelompok dapat menjadi wilayah penjajagan awal bagi anggota kelompok untuk memasuki konseling individual.

I.                   Kekurangan Konseling kelompok
1.      Tidak semua orang cocok berada dalam kelompok.
2.      Tidak semua siswa siap atau bersedia untuk bersikap terbuka dan jujur mengungkapkan isi hatinya terhadap teman – temannya didalam kelompok, lebih – lebih bila yang akan diungkapakan terasa memalukan bagi dirinya,
3.      Persoalan pribadi satu-dua anggota kjelompok mungkin kurang mendapat perhatian dan tanggapan sebagaimana mestinya, karena perhatian kelompok terfokus pada pribadi anggota yang lain, sebagai akibat siswa tidak akan merasa puas,
4.      Klien sering mengharapkan terlalu banyak dari kelompok, sehingga ia tidak berusaha untuk berubah.
5.      Kelompok digunakan sebagai tujuan
6.      Seringkali kelompok tidak berkembang dan dapat mengurangi arti kelompok sebagai sarana belajar, karena hanya untuk kmepentingan seorang belaka,
7.      Perhatian konselor lebih menyebar, dan kompleks karena yang dihadapi tidak hanya satu orang tetapi banyak orang,
8.      Sulit untuk dibina kepercayaan.
9.      Untuk menjadi konselor kelompok dibutuhkan latihan yang intensif dan khusus.

J.                  Tugas konselor:
1.      Membuat dan mempertahankan kelompok.
2.      Membentuk budaya dalam kelompok.
3.      Membentuk norma kelompok.

K.                Perilaku efektif konselor:
1.         Mendengarkan dengan aktif.
2.         Mengamati dengan seksama.
3.         Memberikan umpan balik.
4.         Menghubungkan antara pernyataan yang satu dengan yang lain; antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
5.         Melakukan konfrontasi.
6.         Meringkas apa yang terjadi dalam setiap pertemuan

L.                 Kelompok tidak direkomendasikan untuk:
1.         Klien dalam keadaan krisis
2.         Klien sangat takut berbicara dalam kelompok
3.         Klien sangat tidak efektif di dalam hubungan pribadinya atau tidak mempunyai keterampilan sosial
4.         Klien tidak menyadari perasaan,motivasi ataupun perilakunya
5.         Klien menunjukkan perilaku menyimpang
6.         Klien terlalu banyak meminta perhatian orang lain
7.         Klien dalam keadaan psikotik akut
8.         Klien mempunyai keterbatasan ekspresi verbal
9.         Klien sangat agresif
10.     Klien mempunyai masalah kontrol impuls


PERBANDINGAN ANTARA BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN KONSELING KELOMPOK
Aspek
Bimbingan kelompok
Konseling Kelompok
Lama
Baru
1.     tujuan yang dicapai


penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas

1.      Pengembangan pribadi.
2.      Pembahasan masalah atau topik – topik umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi anggota kelompok.
3.      Informasi diberikan seluas – luasnya kepada anggota kelompok.

1.   Pengembangan pribadi
2.   Pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok.
3.   Informasi yang diberikan secara khusus, permasalahan apa yang hendak dibahas.

2.    Jumlah anggota

Tidak terlalu dibatasi : dapat sampai 60 – 80 orang.

Dibatasi samapai 15 – 30 orang

Dibatasi samapi dengan 10 orang
Dan sangat bergantung dengan keadaan kekuatan kebersamaan serta kesediaan setiap anggota kelompok.
4.    kondisi dan karateristik anggota

Relatif homogen

Homogen
Homogen
5.    format kegiatan
Klasikal atau lebih luas
Kelompok kecil
Kelompok kecil
6.    penerapan anggota kelompok
Menerima untuk kegiatan tertentu
Aktif membahas permasalahan atau topik umum tertentu yang hasil penggunaannya itu berguna bagi para anggota kelompok :
a.  berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial.
b.  Menyumbang bagi pembahasan masalah
c.  Menyerap berbagai informasi untuk diri sendiri.
Aktif membahas permasalahan tertentu (masalah pribadi) dalam membantu memecahkan masalah teman sekelompok :
a.    Berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi sosial.
b.   Menyumbang bagi pemecahan masalah pribadi teman sekelompok.
c.    Menyerap berbagai alternatif untuk memecahkan masalahnya sendiri.
7.    Suasana interaksi
a.    Monolog atau dialog terbatas
b.    Dangkal
a.  Interaksi multi arah
b.  Mendalam dengan melibatkan aspek kognitif,
a.     Interaksi multiarah
b.    Mendalam dan tuntas dengan melibatkan aspek – aspek kognitif. Afektif, dan aspek – aspek kepribadian lainnya.

8.    Sifat isi pembicaraan
1.   Umum
2.   Tidak rahasia
1.  Umum
2.  Tidak rahasia
1.   Pribadi
2.   Rahasia
9.    Lama dan frekuensi kegiatan
Kegiatan berakhir apabila informasi telah disampaikan
Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat perubahan dan pendalaman masalah atau topik
Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat pendalaman dan penuntasan pemecahan masalah.
10.                                                   Evaluasi
Dapat tanpa evaluasi
1.   Evaluasi proses : keterlibatan anggota
2.   Evaluasi isi : kedalaman pembahasan
3.   Evaluasi dampak : pemahaman dan dampak kegiatan terhadap anggota
1.    Evaluasi proses : keterlibatan anggota
2.    Evaluasi isi : kedalaman dan ketuntasan pembahasan masalah
3.    Evaluasi dampak : sejauh mana anggota yang masalah pribadinya dibahas merasa mendapatkan alternatif pemecahan masalahnya.
11.     pelaksana
Guru pembimbing atau narasumber lain
Guru pembimbing (ahli)
Guru pembimbing (ahli)
12.    ciri sifatnya
·           Lebih bersifat intraksional
·           Dilakukan dalam bentuk latihan atau diskusi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan secara langsung.
·      Lebih bercirikan komunikasi antarpribadi
·      Dapat bersifat penyembuhan































































PERBEDAAN KONSELING KELOMPOK DENGAN KONSELING INDIVIDU
No.
Aspek
Konseling Kelompok
Konseling Individu
1.       
Hubungan antar pribadi di dalam konseling
Antara klien-konselor; antar klien

Hubungan antar pribadi dalam konseling 1 klien-1 konselor
2.       
Jumlah Klien yang dibantu
Klien yang dibantu lebih dari 1 klien
Klien yang dibantu: 1 klien

3.       
Tanggung jawab klien
Klien bertanggung jawab atas dirinya sendiri; juga membantu sesama klien
Tanggung jawab klien lebih banyak tergantung pada konselor
4.       
Pusat perhatian
Pusat perhatian: “here” and “now” kelompok.

Pusat perhatian terfokus pada masa lalu dan masa yang akan datang.
5.       
Reality testing
·      Reality testing terhadap masalah – masalah maupun perubahan tingkah laku yang ingin dicoba.
·      Reality testing dilakukan oleh anggota kelompok yang lain.
Dilakukan Reality testing hanya terbatas kepada konelor.
6.       
Insight
Tanpa disertai Insight konseling kelompok dapat berjalan.
Diperlukan insight sebelum mengadakan perubahan tingkah laku dalam situasi yang nyata (perubahan perilaku selalu didahului insight)
7.       
Suasana dalam situasi  konseling

Adanya suasanan permissivess, acceptence, support, penerimaan dan tekanan dari kelompok sering mempermudah atau membantu klien untuik mendiskusikannya.
Suasana dalam konseling individu sama dengan konseling kelompok.
































DAFTAR PUSTAKA
Eddy Wibowo, Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang. UPT UNNES PRESS
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ( Dasar dan Profil ). GAHLIA INDONESIA


                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar